Berbagi Rasa
Bisakah rasa dibagi?
Jika bisa, egois kah?
Dia adalah separuh jiwa
Tapi kau adalah hidup baru
Pemenang memang bebas
Tapi, sebebas itu kah?
Pemegang kendali memang berkuasa
Tapi, tak punya rasa kasihan kah?
Rasa kedua laki-laki layaknya barang
Merasa memiliki
Padahal dia hanya menyakiti
Tak pernah menghargai
Ah, mungkin berniat menghargai
Tapi justru terkesan tamak
Tak ingin melepas salah satu
Berakhir dengan rasa sakit di ketiga hati
Termasuk hati sendiri
Sesal di kemudian hari
Tapi terlambat
Semua sudah usai
Separuh jiwa pergi selamanya
Hidup baru menemukan pengobatnya
Jadi, menyesalkah?
Masalah ada karena tak tegas
Tak bisa memutuskan dengan cepat
Dengan separuh jiwa kah?
Dengan hidup baru kah?
Siapa yang salah?
Si separuh jiwa yang membutuhkan penguat?
Si hidup baru yang butuh dihargai?
Atau kau yang dengan percaya diri menggenggam kedua tangan mereka?
Oh, atau kah ingin menyalahkan keadaan?
Seandainya
Kata itu mungkin terbesit di pikiranmu
Tapi apa guna?
Tak ada!
Sekarang kau sendiri
Tak ada si separuh jiwa yang menenangkan
Tak ada si hidup baru yang membisikkan kata "aku di sini"
Apa yang kau harapkan?
Kau menyakiti keduanya!
Seharusnya sedari awal kau tegas!
Seharusnya sedari awal kau memilih!
Seharusnya sedari awal kau menolak!
Penolakan di depan lebih baik dari pada rasa sakit di belakang, bukan?
Setidaknya, kau memutus sebuah harapan
Setidaknya, kau tak menyakiti dua hati
Setidaknya, kau akan mempermudah keadaan
Yang terakhir,
"aku kecewa padamu, Livia!"
11 April 2020
Jika bisa, egois kah?
Dia adalah separuh jiwa
Tapi kau adalah hidup baru
Pemenang memang bebas
Tapi, sebebas itu kah?
Pemegang kendali memang berkuasa
Tapi, tak punya rasa kasihan kah?
Rasa kedua laki-laki layaknya barang
Merasa memiliki
Padahal dia hanya menyakiti
Tak pernah menghargai
Ah, mungkin berniat menghargai
Tapi justru terkesan tamak
Tak ingin melepas salah satu
Berakhir dengan rasa sakit di ketiga hati
Termasuk hati sendiri
Sesal di kemudian hari
Tapi terlambat
Semua sudah usai
Separuh jiwa pergi selamanya
Hidup baru menemukan pengobatnya
Jadi, menyesalkah?
Masalah ada karena tak tegas
Tak bisa memutuskan dengan cepat
Dengan separuh jiwa kah?
Dengan hidup baru kah?
Siapa yang salah?
Si separuh jiwa yang membutuhkan penguat?
Si hidup baru yang butuh dihargai?
Atau kau yang dengan percaya diri menggenggam kedua tangan mereka?
Oh, atau kah ingin menyalahkan keadaan?
Seandainya
Kata itu mungkin terbesit di pikiranmu
Tapi apa guna?
Tak ada!
Sekarang kau sendiri
Tak ada si separuh jiwa yang menenangkan
Tak ada si hidup baru yang membisikkan kata "aku di sini"
Apa yang kau harapkan?
Kau menyakiti keduanya!
Seharusnya sedari awal kau tegas!
Seharusnya sedari awal kau memilih!
Seharusnya sedari awal kau menolak!
Penolakan di depan lebih baik dari pada rasa sakit di belakang, bukan?
Setidaknya, kau memutus sebuah harapan
Setidaknya, kau tak menyakiti dua hati
Setidaknya, kau akan mempermudah keadaan
Yang terakhir,
"aku kecewa padamu, Livia!"
11 April 2020
@_@
*hehehe ... maaf, aku geregetan sama Livia 😁😆
Emm ... sebenarnya ini aku buat karena aku sebel sama tokoh utama perempuan di cerita yang aku baca. Ih, pengen aku lempar sepatu itu tokoh utamanya. Jahat banget, nggak bisa milih salah satu. Jadinya kan sakit semua! Eh, btw nama tokoh perempuan utamanya itu Livia 😂
Hehehe ... maaf, curhat 😂
Oke, terima kasih sudah membaca unek-unekku tentang si Livia ini. Hehehe ... sorry, Livia, aku sebel sama kamu 😂😂
Oke, dadah ....
Komentar
Posting Komentar