Kepercayaan
Aku percaya padamu
Layaknya seorang anak buah kapal yang mengikuti apa perintah sang kapten
Layaknya seorang murid yang percaya perkataan gurunya
Ya, aku percaya padamu
Aku hanya takut
Takut kau akan menghancurkanku
Ya, aku tak salah menulis; menghancurkanku
Karena rasa percayaku adalah diriku
Kau tahu aku sangat rapuh
Ah, tidak. Aku tak yakin kau tahu aku rapuh
Kita tak pernah berjumpa
Tak pernah bertatap muka
Sungguh tak berakalnya diriku
Bodoh!
Tapi aku percaya padamu
Bagaimana ini?
Apakah aku harus percaya padamu?
Atau berbalik menaruh curiga?
Hujan tak pernah kembali ke awan
Waktu tak pernah berjalan mundur
Pelangi tak pernah muncul sebelum hujan
Bagaimana?
Kau tahu?
Kau tak tahu
Untuk apa aku bertanya?
Tak ada gunanya
Ah, bodohnya aku
Kepercayaan layaknya daun
Kepercayaan layaknya air
Kepercayaan layaknya bintang
Kau tahu persamaannya?
Pikirkan saja
Aku hanya bisa tersenyum masam
Dengan air mata yang menggenang
Aku pasrah
Tanganku sudah cukup lelah terus menggenggam dirimu
Kakiku sudah cukup lelah terus berlari mengejar dirimu
Aku menyerahkannya padamu;
Kau ingin menghancurkanku?
Kau ingin menjagaku?
Terserah padamu
Aku hanya bisa menerima
Aku sudah cukup lelah
Bulan menyapa diriku
Aku hanya terdiam
"Kau harus percaya!" kata rembulan yang tengah dipeluk oleh gelapnya langit malam
Bagaimana dia bisa berkata demikian jika dia saja tak percaya pada sang malam?
Haruskah kupercaya perkataannya?
Aku rasa tidak
Kau datang
Mengulurkan tangan
"Ayo pulang"
Kau genggam erat tanganku
Aku hanya bisa berdoa
Semoga kau tidak mendorongku jatuh ke jurang
Karena jalan yang kau pilih; di sisi kanan ada tebing dan di sisi kiri ada jurang
Ah, ternyata perjalanan pulang bisa membuat jantungku berdetak sangat kencang
Layaknya seorang anak buah kapal yang mengikuti apa perintah sang kapten
Layaknya seorang murid yang percaya perkataan gurunya
Ya, aku percaya padamu
Aku hanya takut
Takut kau akan menghancurkanku
Ya, aku tak salah menulis; menghancurkanku
Karena rasa percayaku adalah diriku
Kau tahu aku sangat rapuh
Ah, tidak. Aku tak yakin kau tahu aku rapuh
Kita tak pernah berjumpa
Tak pernah bertatap muka
Sungguh tak berakalnya diriku
Bodoh!
Tapi aku percaya padamu
Bagaimana ini?
Apakah aku harus percaya padamu?
Atau berbalik menaruh curiga?
Hujan tak pernah kembali ke awan
Waktu tak pernah berjalan mundur
Pelangi tak pernah muncul sebelum hujan
Bagaimana?
Kau tahu?
Kau tak tahu
Untuk apa aku bertanya?
Tak ada gunanya
Ah, bodohnya aku
Kepercayaan layaknya daun
Kepercayaan layaknya air
Kepercayaan layaknya bintang
Kau tahu persamaannya?
Pikirkan saja
Aku hanya bisa tersenyum masam
Dengan air mata yang menggenang
Aku pasrah
Tanganku sudah cukup lelah terus menggenggam dirimu
Kakiku sudah cukup lelah terus berlari mengejar dirimu
Aku menyerahkannya padamu;
Kau ingin menghancurkanku?
Kau ingin menjagaku?
Terserah padamu
Aku hanya bisa menerima
Aku sudah cukup lelah
Bulan menyapa diriku
Aku hanya terdiam
"Kau harus percaya!" kata rembulan yang tengah dipeluk oleh gelapnya langit malam
Bagaimana dia bisa berkata demikian jika dia saja tak percaya pada sang malam?
Haruskah kupercaya perkataannya?
Aku rasa tidak
Kau datang
Mengulurkan tangan
"Ayo pulang"
Kau genggam erat tanganku
Aku hanya bisa berdoa
Semoga kau tidak mendorongku jatuh ke jurang
Karena jalan yang kau pilih; di sisi kanan ada tebing dan di sisi kiri ada jurang
Ah, ternyata perjalanan pulang bisa membuat jantungku berdetak sangat kencang
Semangat ��
BalasHapusOke, terima kasih ya ....
HapusSemoga semua itu tidak benar-benar begitu. Semoga kita selalu berada dalam perlindungan Allah.
BalasHapusTetaplah tersenyum..😊
Amin ....
HapusTerima kasih, ya ....💙