Diguyur Hujan Batu

Langit menampakkan mendungnya
Sangat pekat
Sebagai pertanda hujan akan turun
Entah itu baik atau buruk

Mendung semakin meluas dan pekat
Udara pun semakin panas
Tak ada angin yang berembus
Inikah akhir dunia?

Diri berdiri di tanah lapang
Memberanikan diri menengadah ke langit
Menatap secara langsung mendung pekat yang menggetarkan dada
Takut, tapi penasaran
Jantung berdetak sangat kencang
Apa yang akan terjadi?

Semua orang berlarian ke sana-kemari
Lari terbirit-birit tak tentu arah
Keadaan kacau!
Sangat kacau!
Tapi diri tetap terdiam
Tak ada rasa tergerak untuk lari
Pasrah begitu saja

"Hei, apa yang kau lakukan?!"
Seorang pria tua bertanya
Tongkatnya sudah sangat rapuh untuk menopang tubuh rentanya
Kulitnya sangat keriput
Usianya sangat senja

"Jangan berdiri saja, Nak!"
Dia menarik tanganku paksa
Aku tak bergerak
Tetap diam
Dalam pandangan hampa

"Terserah padamu, Nak. Aku sudah mengajakmu pergi"
Dia pergi
Hanya bisa menatap tak mengerti

Tiba-tiba dada terasa tertusuk beribu jarum
Sakit
Menjerit
Tapi tanpa suara
Tak ada suara yang keluar
Akhirnya tumbang

Terlentang menghadap langit yang pekat
Tangan memegang dada kuat
Tubuh tak bisa bergerak
Inikah akhirnya?

Hanya tinggal seorang diri
Semua orang telah pergi
Entah ke mana
Tak ada siapa pun
Pada siapa dapat memohon?

Mata berair karena sakit di dada
Mata berair karena takut
Mata berair karena menyesal
"Kenapa tak kusadari?"
Hanya ada penyesalan

Mata yang sayu memandang malu pada sang langit
Sangat malu!

Tak ada suara guntur
Tapi terdengar benda keras berjatuhan
Mengenai badan
Sakit ....
Sangat sakit ....

Batu!
Mereka menimpa tubuh dengan keras
Ah!
Batu itu jatuh dari langit
Jatuh dari mendung pekat itu

"Hiks ... maafkan aku, Tuhan. Maaf ...."

Hanya tersisa penyesalan
Tak ada yang bisa diperbuat
Tak ada ....
Hanya bisa menerima hukuman
Hukuman yang terbilang cukup ringan

"Maafkan aku, Tuhan. Maafkan aku ... maaf ...."
Berulang kali memohon maaf
Tapi tak ada gunanya
Untuk apa?
Sia-sia menyesal sekarang

Batu-batu itu menimpa tubuh
Menimbun dengan perlahan
Dan akhirnya terkubur
Selamanya

Mungkin ....

Dan selama itu hanya bisa pasrah
Dan merutuki diri sendiri
Akan apa yang telah diperbuat

Di celah batu itu terdengar suara lirih
"Maafkan aku, Tuhan. Ampuni aku ...."














Terima kasih Kak Zhie atas idenya tentang "Kehancuran". Entah kenapa aku malah menulis seperti ini. Semoga tidak mengecewakan. Terima kasih ....

Komentar

  1. Tema kali ini lain dari biasanya. Sangat bagus. Suasana yang digambarkan amat terasa.

    Sukses selalu kawan❤️

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer