Berkhianat

Suasana taman sore itu cukup tenang dan tak terlalu ramai. Padahal, biasanya sore hari adalah waktu di mana taman ini sedang ramai-ramainya. Entahlah, mungkin hari ini semua orang sedang sibuk.

Seorang gadis sedang duduk sendirian di bangku taman. Menikmati indahnya suasana sore hari yang tenang dan menenangkan. Dia, gadis itu, perlahan membuka buku diary yang dibawanya. Tempatnya berkeluh kesah. Ah, tidak, buku itu dia anggap sebagai temannya. Dia mengetahui berapa banyak masalah yang dihadapi gadis itu dan mengetahui bagaimana gadis itu bisa menahannya sampai rasa sakit memenuhi dada.

Mira, nama gadis itu, membaca setiap kata yang dia tuliskan di sana. Membacanya dengan penuh perasaan dan mengingat kejadian yang sudah lalu. Kemuadian, perhatiaannya jatuh kepada tulisan yang ia tulis dengan tinta warna merah dengan penekanan yang tak biasa juga dengan huruf balok.

AKU MENGKHIANATINYA

Tulisan itu berlanjut ke halaman selanjutnya yang menandakan ditulis pada tanggal yang berbeda.

AKU MENGKHIANATINYA LAGI

Pada halaman selanjutnya tulisan itu tetap sama. Dia menulis tentang dia yang mengkhianati sesuatu atau seseorang?

Rasa sesak memenuhi dada. Tak terasa air mata mengalir tanpa permisi. Membasahi pipinya. Menjadikan wajahnya basah karena air mata.

"Maafkan aku. Maafkan aku," ucapnya lirih. Dia terus mengulang kata maafnya.

Tak ada orang yang berniat menghentikan tangisan Mira. Semua orang di sekitarnya hanya bisa menatap iba kepadanya. Mereka tak mau menambah kesedihan dengan bertanya 'ada apa?'. Cukup biarkan dia sendiri dan merelakannya dengan lapang dada.

Tak terasa sudah cukup lama dia ada di taman itu. Matahari sudah mulai terbenam, menunjukkan sinar senjanya yang mengagumkan.

Dia bangun dari sana dan berjalan menjauh. Tak lupa membawa buku diarynya yang basah karena terkena air matanya. Dia tak pulang ke rumah. Akan tetapi, dia pergi ke tempat penuh kenangan. Kenangan yang tak akan bisa dia lupakan. Kenangan yang akan menghantuinya seumur hidup.

Di sana ada seorang gadis. Sedang duduk di ayunan. Ya, dia sedang ada di taman bermain. Mira melangkahkan kakinya untuk mendekat kepada gadis itu. Butuh keberanian lebih untuk menemui hadis itu. Bahkan Mira memerlukan waktu berbulan-bulan untuk menyiapkan mentalnya bertemu dengan gadis itu.

Mira duduk di ayunan samping gadis itu. Ayunan itu mengeluarkan bunyi decitan saat Mira duduk di atasnya.

"Lama tak berjumpa, Sona," sapa Mira kepada gadis itu. Sementara Sona, gadis itu, hanya menjawabnya dengan gumaman.

"Aku ingin meminta maaf kepadamu," ucap Mira.

"Untuk apa?" ucap Sona acuh tak acuh dengan nada yang kelewat datar.

"Maafkan aku atas segala hal bodoh yang sudah kulakukan. Maafkan aku karena sudah menyakitimu. Maafkan aku karena sudah mengkhianatimu. Maafkan aku karena sudah membuatmu tak lagi bisa percaya kepada siapapun. Maafkan aku Sona," ucap Mira sungguh-sungguh.

"Aku sudah memaafkanmu sejak dulu. Akan tetapi, aku tak bisa melupakan apa yang kau lakukan waktu itu. Seseorang pernah berkata 'Memaafkan itu mudah, tapi melupakannya adalah hal yang sulit'," ucap Sona dengan nada yang masih datar.

Kata-kata Sona menjadi tamparan telak bagi Mira. Kata-kata itu langsung menusuk tepat pada hatinya. Dia tak bisa bergerak. Seluruh badannya seolah kaku setelah perkataan Sona. Dia tahu dia salah. Tapi dia tak menyangka rasa sakitnya akan seperti ini besarnya.

Kemuadian, Sona bangkit dan berjalan meninggalkan taman bermain itu. Dia meninggalkan Mira seorang diri yang sedang menahan rasa sakit yang teramat sangat. Menahan rasa penyesalan dan rasa bersalah yang begitu besar.

Mira sangat menyesal. Seandainya dia tetap berada di samping temannya. Seandainya dia tak tergiur untuk keuntungan yang tak seberapa dibandingkan dengan pertemanannya. Seandainya dia memikirkan bagaimana perasaan Sona. Seandainya dia tak egois. Seandainya dia tak mengkhianati temannya. Teman yang selalu bersama dengannya. Teman yang selalu ada di saat dia membutuhkannya. Yang selalu ada di saat dia sedang terpuruk. Dia benar-benar telah menyia-nyiakan pertemanannya.

Di sana, di malam yang dingin, di taman bermain, ada seorang gadis yang sedang duduk di atas ayunan sambil menangis pilu. Dia terus menangis menyesali apa yang sudah dia lakukan. Menangis sendirian, tanpa ada yang menemani.



SELESAI






Jangan pernah sekali-kali kita mengkhianati seseorang. Satu kali saja kita berkhianat, selamanya kita akan kehilanganya dan akan terus berada dalam rasa penyesalan yang akan selalu menghantui kita.
.
.
.
.
.
.
Semangat!
Terus semangat!
Tetap semangat ya!
Semangat!
πŸ˜„πŸ˜„πŸ˜„πŸ˜„
🌸🌸🌸🌸


♪\(*^▽^*)/\(*^▽^*)/






Komentar

Postingan Populer