Sakit

Gadis itu diam. Dia tetap diam. Entahlah apa yang ada di pikirannya. Dia hanya memandang kosong ke depan. Memandang ke arag hamparan rumput dan bunga beraneka warna. Ya, dia sedang berada di sebuah taman, tepatnya di taman rumah sakit di mana ia dirawat.

Mungkin dia sedang berpikir kenapa semua ini terjadi padanya. Apakah takdirnya memang menyedihkan seperti ini? Awalnya, ia sudah tidak peduli lagi dengan dunia ini. Ia ingin segera pergi dari sini. Berharap tidak merasakan rasa sakit yang teramat sangat. Akan tetapi, sekarang ayahnya sudah kembali. Ia yang awalnya tidak punya semangat untuk hidup, mulai mendapatkan semangatnya kembali. Ia sudah tidak sendirian lagi, ayahnya sudah berada di sini. Ia ingin tetap hidup dan berbahagia dengan ayahnya. Dia hanya ingin itu.

Tapi, di saat ia mendapatkan kembali semangatnya, dia harus menerima kenyataan yang membuatnya sangat terpukul. Di saat semuanya membaik, kenapa harus ada yang memperburuk. Semuanya jadi sulit.
Dia ingin tetap melanjutkan hidupnya bersama dengan ayahnya. Tapi, apakah dia mempunyai kesempatan itu? Apakah dia masih akan tetap bertahan? Apakah dia akan mampu untuk melalui masa itu? Apakah masih ada kesempatan lagi? 

~Kilas balik~

"Bisa kita bicara sebentar, Pak? Silakan ikut ke ruangan saya. Saya ingin menjelaskan tentang penyakit yang di derita putri Bapak," ucap dokter itu. Dokter yang bertanggung jawab atas Hyra.

"Iya, Dokter," jawab sang ayah kepadanya.

Lalu, dokter dan ayah Hyra meninggalkan Hyra di kamar sendirian. Hyra merasa bahwa penyakitnya adalah penyakit yang serius dilihat dari bagimana mimik muka dokter itu setelah memeriksa Hyra. Ia hanya bisa berdoa dan berharap bahwa penyakitnya tidaklah serius dan ia bisa hidup lebih lama lagi. Ia ingin hidup bersama ayahnya. Setelah sekian lama, akhirnya ayahnya kembali. Alasannya untuk hidup kembali lagi. Jadi, dia harus sekuat tenaga untuk bertahan hidup walaupun ia harus melawan penyakitnya sendiri.

Sementara itu di ruangan dokter Yuri, sang ayah terkejut dengan apa yang dikatakan oleh dokter tersebut.

"Apa maksud Dokter? Apakah sudah separah itu?" tanya sang ayah tak percaya.

"Iya, Pak. Memang seperti itu keadaan putri Bapak. Dan dia harus segera menjalani operasi transplantasi jantung. Itupun kemungkinannya sangatlah kecil. Hanya satu persen kemungkinan untuk berhasil dan tubuhnya untuk menerima jantung baru itu," jelas dokter Yuri dengan perasaan yang sedih dan iba.

"Maksud dokter, dioperasi atau tidak putri saya tetap tidak akan bisa sembuh? Tidak akan bisa bertahan? Tidak akan bisa bertahan hidup?" tanya sang ayah dengan betapi-api.

"Tenanglah, Pak. Putri Bapak masih mempunyai kemungkinan untuk hidup dengan operasi itu." jelas sang dokter menenangkan.

"Tapi kemungkinannya sangat kecil. Jika operasi itu gagal, aku akan kehilangan putriku, Dokter." ucap sang ayah parau.

"Bapak berdoa saja. Semoga putri Bapak akan bertahan setelah operasi itu. Untuk jantungnya, kami belum menemukan yang cocok. Jadi, saya harap Bapak akan bersabar. Kami akan memberi tahu jika sudah ada jantung yang cocok dengan putri Bapak," ucap sang dokter.

"Baiklah. Terimakasih. Permisi," pamit sang ayah kepada dokter dan meninggalkan ruangan itu. Kemudian, ia menuju kamar rawat putrinya.

"Nak," panggil sang ayah.

"Ayah, bagaimana? Apa yang dikatakan oleh dokter?" tanyanya dengan nada yang biasa tetapi terdapat kekhawatiran di sana.

"Nak," ucap sang ayah lagi sambil berjalan menuju putrinya dan duduk di samping putrinya. Ia lalu menggenggam erat tangan putrinya.

"Sebenarnya, ada masalah dengan jantungmu. Jantungmu samakin hari akan melemah dan kamu harus segera dioperasi. Kamu butuh jantung baru," ucap sang ayah dengan hati-hati.

"Bagaimana kalau aku tidak dioperasi? Aku takut dioperasi Ayah. Nanti jika aku tidak membuka mataku lagi bagaimana? Aku tidak ingin pergi secepat ini, Ayah,"ucap sang gadis.

"Tenanglah, Nak. Kamu akan baik-baik saja. Percaya pada Ayah, ya," ucap sang ayah menenangkan.

"Iya Ayah. Aku percaya pada Ayah," ucap Hyra sambil memeluk ayahnya.

~Kembali dari kilas balik~

'Apakah ini akhir dari hidupku? Apakah aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi? Jika aku menjalani operasi itu, aku kemungkinan besar akan mati. Jika aku tidak menjalani operasi itu aku akan mati perlahan-lahan. Bukankah sama saja. Aku akan segera mati,' ucapnya pada diri sendiri.

"Nak, kamu di sisni?" tanya sang ayah kepadanya setelah menepuk bahunya.

"Ah! Ayah mengejutkanku," jawab sang gadis.

"Kamu kenapa ada di sini? Ayah tadi sangat panik tidak mendapatimu di kamar. Tahunya kamu di sini sambil melamun. Kamu melamunkan apa?" tanya sang ayah.

"Hahaha, tidak ada Ayah. Aku hanya ingin jalan-jalan keluar. Aku bosan di kamar terus," ucap Hyra.

"Oh. Ayah tahu Hyra sedang memikirkan penyakit Hyra kan? Tenang saja, Hyra akan segera dioperasi dan akan baik-baik saja. Hyra akan segera sembuh. Hyra percaya Ayah kan?" ucap sang ayah menenangkan kegelisahan putrinya.

"Iya Ayah, Hyra percaya Ayah," ucao Hyra kepada ayahnya.

Setelah itu, hari demi  hari, kondisi kesehatan Hyra semakin memburuk. Setiap hari, jantungnya semakin melemah. Ia harus segera menjalani operasi itu sebelum semuanya bertambah parah.

"Begini, Pak. Kami sudah berusaha untuk mencari jantung yang cocok dengan putri Bapak. Dan semakin hari kondisi dari putri Bapak semakin memburuk. Kita tidaj punya pilihan lain selain melakukan operasi. Tapi, jantungnya belum ada, Pak." ucap dokter itu dengan khawatir.

"Jadi apa yang harus saya lakukan, Dokter? Apakah aku harus berdiam diri saja melihat putriku kesakitan setiap harinya? Apakah aku haris berdiam diri saja melihat putriku mati secara perlahan?" ucapnya dengan sedih.

"Hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan putri Bapak," ucap sang dokter pasrah.

Komentar

Postingan Populer