Kedua Kali

Gadis itu termenung di sana. Di atas gedung berlantai tujuh di universitasnya. Dia kehilangan harapannya. Harapan yang selama ini dia tunggu hilang begitu saja. Harapannya telah pergi entah akan kembali atau tidak. Dia hanya sudah lelah terus menunggu harapannya kembali. Dia lelah menunggunya. Jadi, di sanalah dia berada, di atas gedung. Ia berniat untuk mengakhiri hidupnya. Toh, tidak akan ada yang merasa kehilangan. Karena dia sendirian.

"Untuk kedua kalinya aku mencobanya. Bukankah ini miris sekali? Pertama kali aku mencobanya kau menolongku. Sekarang, siapa yang akan menolongku?" monolog sang gadis.

Sang gadis melangkahkan kakinya ke depan, mendekat ke tepi atap. Pikiran dan hatinya sudah dipenuhi oleh kesedihan. Dia sangat hancur. Dia tak punya semangat untuk melanjutkan hidupnya. Lagipula, untuk apa dia melanjutkan hidupnya? Untuk siapa dia melakukannya? Orang tuanya sudah tiada, dia tak punya teman, dan penyelamatnya telah pergi. Dia sendirian sekarang. Benar-benar sendirian.

"Apa kau tahu, aku merasakan deja vu. Aku melakukannya persis seperti yang aku lakukan dulu. Pergi ke atap gedung, termenung, bicara pada diriku sendiri, lalu mendekat ke tepi atap. Aku seperti kembali ke masa itu. Dulu, kau yang menyelamatkanku. Sekarang, tidak ada yang akan menyelamatkanku," monolognya sambil melangkah ke tepian atap.

Saat dia berada di tepi atap, dia berhenti melangkah. Dia berpikir lagi, apakah yang dilakukannya benar? Apa dia tidak sanggup untuk melanjutkan hidupnya? Apakah keputusannya benar?

"Apakah ini sudah benar? Apa yang aku lakukan ini tidak menyakiti siapapun? Apakah ayah dan ibu akah merasa sedih jika aku mengakhiri hidupku sekarang?" ucapnya pada diri sendiri.

Disaat dia sedang bergelut dengan pikirannya, tiba-tiba dadanya terasa sakit.

"Ah! Kenapa ini? Kenapa dadaku sakit sekali? Apa mungkin jantungku bermasalah lagi? Bukankah ini baik? Aku akan segera meninggalkan dunia ini," ucapnya sambil menahan rasa sakit di dadanya.

Karena menahan rasa sakit di dadanya, dia menjadi hilang keseimbangan dan dia akan segera jatuh ke bawah. Akan tetapi, sesaat sebelum dia terjatuh, tangannya ditarik dan diapun tertarik ke belakang dan menabrak orang yang menarik tangannya.

'Ah! Siapa yang menarikku? Apakah itu dia? Tidak mungkin itu dia. Untuk apa dia menolongku?' ucapnya dalam hati.

Disaat sang gadis akan mendongak ke atas untuk melihat wajah orang yang menolongnya, dia sudah pingsan dahulu. Sementara sang penolong menatap sang gadis dengan tatapan yang sedih.

Komentar

Postingan Populer