Pengorbanan
Matahari bersembunyi di balik laut
Rembulan mulai mengambil alih
Siang tergantikan malam
Senja perlahan padam
Berdiri di tepi pantai
Angin berembus menerpa surai
Membuatnya menari-nari
Damai menguasai
"Inginkah kauterbang?"
Bisikan lirih terdengar
Suara samar
Sosok itu samar
Dengan harum mawar
Menguar, menyebar
"Atau ingin terikat?"
Bisikan terdengar
Suara samar
Bak desisan ular
Jantung berdebar
Membeku
Dingin
Kaku
Tak bisa berpaling
Tetiba tangan terbelenggu
Kaki terpaku
Mendadak bisu
Menangis pilu
Ungu menjalar
Sakit amat terasa
Ingin rasanya keluar
Tapi tak bisa
"Bagaimana dengan terbang?"
Bisikan lirih terdengar
Pertanyaan keluar
Pasrah, mengangguk samar
Ya, ingin terbang
Belenggu terlepas
Seakan bebas
Berbalik lekas
Menatap figur berparas
Senyum mengembang
Menyambut senang
Tangan digenggam
Diri terdiam
Sayap membentang
Putih bersih; panjang
Perlahan terbang
Tertawa senang
Genggaman terlepas
Pergi lekas
"Jangan kau terlalu senang"
"Sayap hanya ada pada malam"
"Fajar membakar, pun selamanya"
"Engkau bersamanya"
Bisikan terdengar
Samar namun kejam
Lirih namun menekan
Tangan digenggam
Dengan senyum mengembang
Terbang
Menembus awan
Menyapa rembulan
Semalaman
"Lepaskan genggamanmu"
Tak bisa
"Berhentilah terbang"
Tak bisa
"Fajar segera tiba"
Jangan!
"Aku harus pergi"
Jangan!
Terlambat
Fajar tiba
Membakar sayap putih
Dengan diri bersamanya
Sosok itu bergetar
Mawar menguar
Menatap sendu sang fajar
Yang tengah membakar
"Maaf"
Suara lirih terdengar
Bisikan samar
Harum mawar
Sakit tertawar
Tersenyum samar
Senyum pilu
Senyum sendu
Tertawa
Kenapa maaf?
Bukankah diri yang naif
Fajar membakar
Memeluk erat
Sampai menghilang
Sosok itu menangis
Tersedu, pilu
Maaf terulang
Tapi sudah berpulang
Fajar memeluk
Erat tapi tak sesak
"Jangan menangis"
"Kau tak salah"
"Ini untuk kebaikannya"
Matahari meninggi
Langit membiru
Sosok itu pergi
Bersama angin pagi
Harum mawar tercium
Menyebar
Bukti pengorbanan
Yang tak bisa terbayar
Kediri, 1 Desember 2019
Rembulan mulai mengambil alih
Siang tergantikan malam
Senja perlahan padam
Berdiri di tepi pantai
Angin berembus menerpa surai
Membuatnya menari-nari
Damai menguasai
"Inginkah kauterbang?"
Bisikan lirih terdengar
Suara samar
Sosok itu samar
Dengan harum mawar
Menguar, menyebar
"Atau ingin terikat?"
Bisikan terdengar
Suara samar
Bak desisan ular
Jantung berdebar
Membeku
Dingin
Kaku
Tak bisa berpaling
Tetiba tangan terbelenggu
Kaki terpaku
Mendadak bisu
Menangis pilu
Ungu menjalar
Sakit amat terasa
Ingin rasanya keluar
Tapi tak bisa
"Bagaimana dengan terbang?"
Bisikan lirih terdengar
Pertanyaan keluar
Pasrah, mengangguk samar
Ya, ingin terbang
Belenggu terlepas
Seakan bebas
Berbalik lekas
Menatap figur berparas
Senyum mengembang
Menyambut senang
Tangan digenggam
Diri terdiam
Sayap membentang
Putih bersih; panjang
Perlahan terbang
Tertawa senang
Genggaman terlepas
Pergi lekas
"Jangan kau terlalu senang"
"Sayap hanya ada pada malam"
"Fajar membakar, pun selamanya"
"Engkau bersamanya"
Bisikan terdengar
Samar namun kejam
Lirih namun menekan
Tangan digenggam
Dengan senyum mengembang
Terbang
Menembus awan
Menyapa rembulan
Semalaman
"Lepaskan genggamanmu"
Tak bisa
"Berhentilah terbang"
Tak bisa
"Fajar segera tiba"
Jangan!
"Aku harus pergi"
Jangan!
Terlambat
Fajar tiba
Membakar sayap putih
Dengan diri bersamanya
Sosok itu bergetar
Mawar menguar
Menatap sendu sang fajar
Yang tengah membakar
"Maaf"
Suara lirih terdengar
Bisikan samar
Harum mawar
Sakit tertawar
Tersenyum samar
Senyum pilu
Senyum sendu
Tertawa
Kenapa maaf?
Bukankah diri yang naif
Fajar membakar
Memeluk erat
Sampai menghilang
Sosok itu menangis
Tersedu, pilu
Maaf terulang
Tapi sudah berpulang
Fajar memeluk
Erat tapi tak sesak
"Jangan menangis"
"Kau tak salah"
"Ini untuk kebaikannya"
Matahari meninggi
Langit membiru
Sosok itu pergi
Bersama angin pagi
Harum mawar tercium
Menyebar
Bukti pengorbanan
Yang tak bisa terbayar
Kediri, 1 Desember 2019
Komentar
Posting Komentar